AJI Boyo - Diskusi Konvergensi (foto: Eben Haezer)

Konvergensi media adalah sebuah keniscayaan yang timbul karena  perkembangan teknologi informasi yang kian pesat. Bagi para jurnalis, fenomena tersebut bukannya tidak menimbulkan implikasi. Sebaliknya, banyak tantangan baru akibat munculnya fenomena tersebut yang harus mendapat respon bijak dari jurnalis pada khususnya dan perusahaan pers pada umumnya.

Tantangan yang muncul akibat berkembangnya konvergensi media inilah yang mendorong Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya untuk menggelar diskusi bertajuk Konvergensi Media & Kegalauan Jurnalis, Minggu (24/1/2016) silam.

Bertempat di sekretariat AJI Surabaya, Jl Monginsidi 5 Surabaya, diskusi internal ini mendatangkan tiga narasumber utama, yakni Kandi Aryani (pengajar Komunikasi FISIP Unair), Maulana “Donny” Arif (Ketua KPID Jawa Timur), dan Renny Susilawati (jurnalis anggota AJI Surabaya).

Menurut Donny, konvergensi media tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi pasar yang pada tahapan berikutnya menyebabkan perubahan pada praktik jurnalisme. Dia memberikan contoh, perluasan akses informasi yang semakin cepat dan multiplatform,  mendorong media online untuk berlomba-lomba meningkatkan jumlah visitor atau pengunjung portal. Upaya tersebut tak lain sebagai strategi untuk memperoleh iklan sebanyak-banyaknya.

 

Akibatnya, tidak sedikit jurnalis yang memproduksi berita-berita dengan judul bombastis dan berita-berita yang kontennya sekadar sensasional dan menghibur. Sementara, berita-berita yang menyangkut kepentingan publik kerap kali justru diabaikan.

Sedangkan menurut Kandi Aryani, meskipun memiliki efek samping yang luar biasa, namun konvergensi media harus pula disikapi dengan penuh optimisme. Tidak bisa dinafikan bahwa di masyarakat masih ada kelompok-kelompok maupun individu yang juga prihatin terhadap praktik-praktik jurnalisme yang buruk akibat konvergensi media.

“Ada optimisme bahwa konsumen juga memanfaatkan multiplatform untuk menciptakan Collective Intelligence. Inilah yang kemudian mendorong aksi bersama untuk melakukan perubahan,” kata Kandi.

Diskusi berakhir dengan kesimpulan bahwa meskipun konvergensi media telah melahirkan adanya penyimpangan dalam praktik-praktik jurnalisme, tetap harus didorong praktik-praktik jurnalis yang etis dan menjunjung tinggi kebenaran dan prinsip-prinsip jurnalisme. Perkembangan media sosial dan berbagai perangkat teknologi informasi, harus dimanfaatkan secara bijak oleh para jurnalis sehingga dapat menyuguhkan informasi-informasi yang benar-benar menjawab kepentingan masyarakat.