Jurnalis Harus Terlibat Dalam Melawan Kekerasan dan Intoleransi

Ahmad Zainul Hamdi menyampaikan pemaparan kepada para jurnalis peserta pelatihan (foto: Eben Haezer)
Ahmad Zainul Hamdi menyampaikan pemaparan kepada para jurnalis peserta pelatihan (foto: Eben Haezer)

SURABAYA – Harus diakui, praktik-praktik kekerasan dan intoleransi di Indonesia semakin marak. Tak hanya diwujudkan dalam aksi-aksi fisik, kekerasan dan intoleransi itu juga berlangsung dalam ruang-ruang virtual, misalnya media sosial.

Di sisi lain, media massa sebagai salah satu kekuatan untuk mengimbangi praktik-praktik kekerasan tersebut, juga belum bisa menjalankan fungsinya secara maksimal. Tentu saja, hal ini dilatari oleh karena beberapa alasan, termasuk salah satunya kepentingan media.

Prihatin atas kondisi ini, Rabu (30/8/2017) siang di Surabaya, sejumlah jurnalis terlibat dalam workshop Jurnalis GUSDURian untuk Kampanye Kontra Ekstrimisme Kekerasan.

Workshop yang digelar oleh Jaringan GUSDURian dan International NGO Forum on Indonesian Development (Indif) ini juga diikuti sejumlah jurnalis anggota AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Surabaya.

Ahmad Zainul Hamdi, GUSDURian dari Surabaya yang hadir dalam workshop ini mengatakan, digelarnya workshop ini adalah untuk mendorong jurnalis agar terlibat aktif dalam upaya Counter Violence Extrimism (CVE) atau perlawanan terhadap kekerasan dan ekstrimisme.

“Saat ini kita bisa melihat intoleransi sudah masuk ke mana-mana. Karena itu, kami perlu mendorong jurnalis yang punya akses terhadap masyarakat melalui medianya masing-masing, agar ikut terlibat dalam upaya perlawanan terhadap CVE tadi,” kata Zainul Hamdi yang akrab dipanggil Inung tersebut.

Inung berharap workshop ini tidak berlangsung hanya sekali. Lebih jauh, dia mengharapkan ada sebuah forum yang mempersatukan para jurnalis yang memiliki perhatian terhadap masalah intoleransi.

Para peserta menyampaikan tanggapan atas isu kekerasan dan intoleransi yang kerap terjadi (foto: Eben Haezer)
Para peserta menyampaikan tanggapan atas isu kekerasan dan intoleransi yang kerap terjadi (foto: Eben Haezer)

“Kami ingin ada kesinambungan sehingga setidaknya kita bisa membuat perubahan,” sambungnya.

Yovinus Guntur, salah satu jurnalis yang juga anggota AJI Surabaya, mengapresiasi diselenggarakannya workshop tersebut.

Menurutnya, workshop semacam ini dapat meningkatkan kualitas sekaligus mendongkrak pemahaman jurnalis terhadap isu-isu keberagaman dan pluralisme di Indonesia.

“Harapan saya ke depan, kegiatan semacam ini bisa lebih dikembangkan lagi,” ujar Yovie.