Belum sebulan hari HIV/AIDS diperingati di seluruh belahan dunia, juga di Surabaya, namun Rabu (26/12/2012) seorang mantan waria, SWR, diusir warga lantaran ia terinfeksi HIV/AIDS. Sebelumnya, SWR juga tak diizinkan masuk rumah oleh keluarganya.
SWR yang kondisinya sudah lemah ini sempat beberapa hari ditempatkan oleh pihak keluarga di emperan rumah keluarganya di daerah Lebak Agung Surabaya. SWR tidak diizinkan masuk rumah karena pihak keluarga khawatir tertular virus HIV.
Beruntung, SWR ditemukan teman dari sesama komunitas waria. “SWR ini dulu teman kerja saya. Namun dia menghilang karena mempunyai ‘suami’,” kata Sonya dari Yayasan Persatuan Waria Kota Surabaya (Perwakos), Rabu (26/12/2012).
Mengetahui ada anggotanya yang ditelantarkan oleh keluarganya karena HIV, Perwakos pun bersama dengan Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia (Jothi) dan Pekerja Sosial Masyarakat merujuk SWR ke RSUD Dr Soetomo Surabaya untuk mendapatkan perawatan.
Namun masalah tak berhenti sampai di situ. Setelah menjalani rawat inap selama beberapa hari di RSUD Dr Soetomo Surabaya, SWR kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal pasca kondisinya membaik. Karena pihak keluarganya tetap menolak keberadaan SWR meski telah dibujuk.
“SWR butuh tempat tinggal. Tak mungkin SWR tetap di RSUD. dr Soetomo. Malah bisa tertular virus oportunistik lainnya seperti TBC yang membahayakan kesehatannya,” kata Ita Adiyarti, Koordinator Jothi.
Pilihan lainnya adalah dengan menempatkan SWR di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) milik Pemkot Surabaya. Liponsos ini adalah semacam shelter bagi warga yang bertempat tinggal tidak tetap. Namun sayangnya, Liponsos Keputih sendiri menolak warga terinfeksi HIV.
“Alasannya memang masuk akal karena ODHA membutuhkan lingkungan yang sehat. Sedangkan di Liponsos, tahu sendiri kondisinya seperti apa,” ujar Ita.
Karena semua menolak akhirnya SWT ditempat di shelter milik Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) untuk sementara. Menurut Ita, sudah saatnya bagi Pemerintah Kota Surabaya memikirkan mempunyai shelter yang dikhususkan bagi penderita HIV. Pasalnya, peristiwa-peristiwa penolakan warga terhadap penderita HIV ini ternyata di Surabaya masih sering terjadi.
Selain kasus SWR ini, seminggu yang lalu juga ada seorang pengidap HIV yang ditolak oleh warga sekitar Wonocolo. Beruntung masalah itu menjadi cepat selesai karena Wakil Walikota Surabaya Bambang DH turun langsung memberikan pemahaman kepada warga.
“Itu membuktikan jika kampanye jangan kucilkan ODHA masih belum menyentuh masyarakat lapisan bawah,” ujar Ita.