WELLINGTON – Para ilmuwan mendesak Pemerintah Selandia Baru untuk mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi lumba-lumba Maui yang terancam punah pada tahun 2030.
Lumba-lumba Maui, yang memiliki ukuran terkecil dibandingkan saudaranya yang lain sesama ikan lumba-lumba, hanya ditemukan di perairan pantai barat Pulau Utara, Selandia Baru dan para ahli memperkirakan populasi hewan itu menyusut menjadi hanya 55 ekor.
Organisasi masyarakat yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Marine Mammalogy (SSM), dalam sebuah suratnya kepada Perdana Menteri Selandia Baru, John Key, mengatakan berdasarkan data ilmiah, sekitar lima ekor lumba-lumba Maui dewasa mati pertahunnya karena terjerat dalam jaring nelayan
SSM mengatakan mengantongi bukti yang sangat kuat dan menyerukan larangan penggunaan trawl dan metode memancing yang dikenal sebagai gillnetting.
“Situasi ini telah membahayakan hewan yang hampir punah, jika terus ditunda, maka ini akan berakibat fatal,” kata Presiden SSM, Helene Marsh dikutip dari Channelnewsasia.com yang dilansir tribunnews.com, dalam suratnya ke PM John Key, Kamis (14/2/2013).
“Saya mendorong Anda untuk bertindak cepat dan tegas untuk melakukan konservasi kelautan,” lanjutnya.
Pada Juli tahun lalu, Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional juga menyerukan Selandia Baru untuk memperpanjang zona perlindungan bahari untuk lumba-lumba.
Pemerintah Selandia Baru saat ini tengah meninjau langkah-langkah perlindungan untuk lumba-lumba tahun lalu, namun belum diketahui tindak lanjutnya. (channelnewsasia.com/tribunnews.com)