ABC International Development (ABCID) baru-baru ini memfasilitasi pelatihan pembuatan konten digital untuk 15 jurnalis di Indonesia. Pelatihan yang bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya ini diadakan di Hotel Santika Premiere Gubeng Surabaya pada 25-28 Januari 2024.
Sebagai informasi, kegiatan ini merupakan bagian dari Indonesia Media Development Program yang dilaksanakan oleh ABCID dan didanai oleh pemerintah Australia sebagai bagian dari Indo-Pacific Broadcasting Strategy.
Pada saat pelatihan, ABCID menunjuk filmmaker asal Australia, Will Tinapple serta jurnalis ternama Indonesia Aprelia Wulansari dan Hanna Fauzie untuk membahas berbagai pendekatan produksi konten digital di media. Materi yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan industri media untuk beradaptasi di era saat ini.
Para peserta tidak hanya berdiskusi dua arah, mereka juga membentuk kelompok sebanyak 2-3 orang. Mereka ditugaskan untuk menyelesaikan sebuah proyek jurnalisme digital sederhana. Kelompok-kelompok ini juga dibawa untuk turun lapangan langsung di Vegan Festival Surabaya untuk mencari bahan liputan.
Salah satu peserta, Firda Iskandar mengatakan bahwa dirinya mengikuti pelatihan ini dilatarbelakangi oleh kondisi media sosial yang dipenuhi dengan konten yang tidak jelas sumber dan kebenarannya. Seperti konten soal informasi ibu dan anak.
“Banyak ibu yang masih memiliki keterbatasan akses terhadap informasi terpercaya,” kata jurnalis digitalmama.id itu.
Firda juga mengatakan bahwa pelatihan ini membantunya memahami ruang digital. Dia juga belajar soal bagaimana perusahaan media dapat mengikuti perkembangan teknologi dan konten yang relevan.
Selain Firda, ada jurnalis dari Betahita.id bernama Kennial Caroline Laia Kennial Caroline Laia yang pada awalnya merasa ragu untuk mengikuti pelatihan ini. Sebab, dia merasa pemahamannya mengenai jurnalisme digital sangat terbatas.
Seiring berjalannya masa pelatihan, perempuan yang akrab disapa Kenny itu menemukan banyak materi yang menarik. Salah satunya bagaimana metode jurnalisme digital menjangkau lokasi-lokasi terpencil di Indonesia.
“Ini sangat penting karena Indonesia memiliki pulau-pulau yang tersebar di nusantara, sementara kami tidak selalu memiliki jurnalis di lokasi itu,” ujarnya.
Kenny juga mengaku sangat tertarik pada materi video yang bisa menjadi wadah yang efektif untuk bercerita. Kenny pun juga banyak berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para jurnalis lain di pelatihan ini.
“Ada nilai dalam jaringan dan kolaborasi. Saya bersemangat untuk pulang dan mencoba ini,” papar dia.