Tahun 2014 Titik Kritis Jurnalisme Televisi

Ketua IJTI Surabaya, Hari Tambayong (kanan), usai dilantik di Resto Rempah, Surabaya, Minggu (23/12/2012). (taufiq/ss.net)
Ketua IJTI Surabaya, Hari Tambayong (kanan), usai dilantik di Resto Rempah, Surabaya, Minggu (23/12/2012). (suarasurabaya.net)

SURABAYA – Wakil Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) pusat Muklis Ainur Rofiq galau menatap kehidupan jurnalisme televisi di tahun 2014. Pasalnya beberapa pemilik media akan bertarung dalam politik praktis pada Pemilu 2014 maupun Pemilihan Presiden 2014 mendatang.

“Saya tidak bisa membayangkan seperti apa wajah pers televisi di Tahun 2014. Di Jakarta saat ini sudah terasa pengkotak-kotakan grup media dan kepentingan politik,” ungkap Muklis saat memberi kata sambutan di acara Pelantikan Pengurus IJTI Koorda Surabaya, di Resto Rempah, jalan Kedungsari 62, Surabaya, Minggu (23/12/2012).

Dalam situasi 2014, Muklis merisaukan tekanan yang akan dihadapi jurnalis di lapangan, termasuk yang ada di daerah-daerah. Bukan hanya persoalan independensi dan profesionalime yang akan terganggu, namun juga ancaman pengurangan jurnalis akibat alasan efesiensi di era industri pers saat ini.

“Tahun 2014 menjadi titik krusial insan pers televisi, saya berharap ini menjadi tantangan dan organisasi bisa mejadi wadah kebersamaan, menjaga profesionalisme dan independen,” cetus Muklis.

Selanjutnya Mukhlis melantik pengurus IJTI Korda Surabaya periode 2012-2016 secara simbolis menyematkan pin kepada Hari Tambayong (Ketua IJTI Surabaya) dan Lukman Rozak (Sekretaris IJTI Surabaya)

Hadir dalam acara pelantikan itu Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim, Fajar Arifianto Isnugroho. Dalam sambutannya Fajar berharap IJTI Surabaya memperbaiki kualitas sumber daya anggota IJTI dan etika para jurnalis

“Televisi media audio dan visual, dampaknya bagi publik luar biasa. Salah satu tugas IJTI untuk memperbaiki SDM dan etika para jurnalis,” pesan Fajar

Fajar mengatakan di Jatim saat ini ada 10 televisi nasional dan 47 televisi lokal. “Di Surabaya saja, ada 10 televisi lokal dan 2 siaran TVRI,” kata dia.